Sunday, October 23, 2011

Teknik Foto Close Up Untuk Memfoto Model

Seorang pemula di bidang fotografi biasanya memulai hasil fotonya dengan objek – objek yang mudah. Salah satunya menggunakan objek seorang model. Di kesempatan ini akan kita bahas sedikit tips untuk memotret seorang model. Kalau kita mendengar kata model, bayangan kita selalu pada sosok wanita yang cantik, muda dan memiliki tubuh yang bagus. Istilah ini sebenarnya salah, karena pengertian model adalah orang yang menjadi objek dalam sebuah foto. Mulai dari bayi, remaja, orang tua sampai kakek nenek. Bahkan seekor binatang pun bisa disebut model.
Untuk memotret model, pertama kita harus mempunyai sebuah kamera. Setiap jenis kamera bisa dipakai dalam pemotretan ini. Sedikit menyinggung tentang alat, untuk pemotretan seorang model idealnya memakai kamera yang lensanya bisa dilepas tukar. Sehingga dalam proses pemotretan kita dapat membuat foto close up dengan menggunakan lensa tele atau lensa zoom. Tapi kalau anda hanya mempunyai jenis kamera pocket atau hanya memanfaatkan fasilitas kamera di handphone anda, itu bukan menjadi masalah.

Untuk memotret seorang model, kita memakai teknik foto close up. Sebuah foto close up adalah foto yang menampilkan bagian tubuh si model mulai kepala sampai bagian pinggang. Selain itu juga adalah istilah ekstrem close up, yang mempunyai arti foto yang menampilkan bagian wajah si model. Bahkan bisa hanya bagian mata saja. Untuk pemotretan ekstrem close up lebih bagus kalau dilakukan dengan jenis kamera yang lensanya bisa dilepas tukar. Dan untuk topik bahasan ini, berfokus pada pemotretan close up dengan menggunakan semua jenis kamera. Karena topik ini lebih mengutamakan bagi anda yang belum paham tentang ilmu fotografi dan ingin belajar tentang teknik fotografi.

Berikut beberapa tips untuk memotret model.

KAMERA
Semua jenis kamera bisa dipakai, baik jenis digital atau konvensional (kamera film) bahkan kamera pada handphone. Apabila kamera anda memiliki fasilitas zoom, gunakan pada posisi zoom atau tele. Sehingga jarak anda dengan model yang anda potret bisa agak jauh. Dan usahakan tidak memotret dengan  lensa pada posisi wide angle (lensa lebar) khususnya untuk pemotretan close up. Karena selain jarak anda dengan model lebih dekat, pada hasil foto wajah model akan terlihat lebih lebar karena distorsi. Contoh efek distorsi bisa dilihat kalau anda berkaca di depan kaca yang berbentuk cembung.

WAKTU
Kalau anda memotret dengan memanfaatkan cahaya matahari atau diluar ruangan, waktu yang ideal untuk pemotretan adalah jam 8 – 10 pagi atau jam 3 – 5 sore. Karena pada waktu – waktu tersebut cahaya matahari masih lembut. Sehingga bayangan yang muncul di bagian bawah kelopak mata, hidung dan leher tidak terlalu keras atau lembut.

PENCAHAYAAN
Arahkan cahaya yang datangnya dari matahari di sisi kanan atau kiri model (teori pencahayaan samping). Kalau cahaya matahari masih belum keras anda bisa menempatkan model dengan menghadap sejajar arah matahari. Hal ini selama mata sang model tidak mengecil karena menahan datangnya cahaya matahari. Untuk mengantisipasi bagian wajah yang lebih gelap karena tidak terkena cahaya matahari, anda bisa menggunakan kertas putih atau kain putih yang dibentang menghadap ke arah bagian wajah yang agak gelap. Kertas putih atau kain putih berfungsi sebagai reflektor atau media pantul dari cahaya matahari. Di bidang fotografi teknik ini disebut fill in light (cahaya pengisi)

Penting : Jangan sekali-kali anda memotret model dengan posisi kamera melawan cahaya matahari (cahaya matahari dari belakang model). Karena pengukur cahaya di kamera anda akan membaca cahaya yang datangnya dari matahari bukan dari cahaya yang berada di area wajah model. Dan foto yang dihasilkan wajah model tampak gelap sementara bagian belakang model terang (siluet).

KOMPOSISI
Tempatkan model pada tengah-tengah frame kamera. Posisikan kamera sejajar dengan model. Jangan terlau rendah atau terlalu tinggi dari model. Anda bisa mengaturnya lewat jendela penglihat (view winder) di kamera anda. Pakai teori what you see what you get. Jadi apa yang anda lihat di jendela penglihat kamera anda, itu yang akan terekam di foto anda.
Untuk model yang memiliki bentuk wajah lebar atau postur tubuh yang gemuk, atur posisi wajahnya agak sedikit serong ke sisi kiri atau kanan. Jangan menghadap lurus ke arah kamera. Hal ini untuk mengurangi kesan gemuk atau lebar pada wajah model. Sehingga gambar pada foto akan terlihat salah satu sisi pipi si model sedikit ramping karena model menghadap sedikit serong ke sisi kiri atau kanan. Karena biasanya setiap model khususnya wanita ingin terlihat lebih kurus ketika difoto.
KOMUNIKASI
Biasanya orang yang kita jadikan model pada foto akan merasa kaku pada waktu pertama kali pemotretan. Untuk mencairkan suasana dan supaya si model merasa nyaman dan santai ketika kita potret, usahakan untuk mengajak si model ngobrol. Kalo perlu lakukan pemotretan dengan ngobrol-ngobrol santai. Biasanya model akan bergaya dengan santai setelah ½ jam pemotretan berjalan. Maka dari itu kalau anda memotret model dengan menggunakan kamera film, ½ jam pertama anda memotret dengan kamera tanpa film. Tapi anda berlagak seakan-akan tetap motret memakai film. Setelah anda merasa model sudah rileks dan pose-posenya mulai bagus, baru anda isi kamera anda dengan film. Hal ini dilakukan untuk menghindari film yang terbuang sia-sia karena foto yang dihasilkan kurang bagus. Tapi jangan lupa, lakukan hal diatas tanpa sepengetahuan si model. Sementara untuk kamera digital tidak masalah. Karena file-file yang tidak terpakai bisa dihapus.
Penting : Ketika pada waktu pemotretan ada pose atau gaya model yang kurang bagus,jangan sekali-kali anda berkata “jelek” pada model. Anda bisa mengganti dengan kalimat “Tolong pose lain dong, yang itu tadi sudah…”. Secara psikologis kalau anda mengatakan pose yang ditampilkan si model jelek dengan mengatakannya secara langsung pada si model, model akan merasa kurang percaya diri untuk berpose lagi. Bahkan dia bisa kehilangan mood-nya. Intinya apapun pose yang ditampilkan si model anda bilang bagus, meskipun anda kurang suka. Dengan cara itu si model akan merasa pede dan pose-posenya semakin bagus.
LOKASI
Semua tempat di luar ruangan (outdoor) bisa dipakai untuk pemotretan ini. Asal kondisi cahaya di lokasi yang dipakai cukup terang untuk pemotretan. Contoh lokasi : Taman, perkarangan rumah yang banyak pepohonan rindang, sawah dan lain-lain. Usahakan lokasi yang dipakai tidak terlalu ramai. Karena yang kita tonjolkan dalam pemotretan ini adalah modelnya. Jangan sampai latar belakang lebih menarik dari modelnya. Pilih warna-warna yang teduh atau lembut, misal : hijau, kuning. Jangan mempergunakan warna merah. Karena warna merah lebih kuat daripada warna kulit. Selain itu warna kulit akan terpengaruh dan menjadi lebih pucat atau agak kebiru-biruan.
Sebenarnya masih banyak yang dapat disampaikan di dalam topik ini. Untuk sementara ada baiknya anda pelajari dulu tips-tips diatas. Di topik bahasan yang lain akan kami lanjutkan pembahasan mengenai tips-tips memotret model.

Friday, October 21, 2011

Teknik Dasar Fotografi..

Oke, untuk posting pertama ini aku rasa penting untuk disampaikan yaitu menyangkut teknik dasar fotografi, terus terang tulisan ini adalah saduran dari sini. Tapi memang benar inilah yang harus diketahui semua orang yang menyukai fotografi agar hasil karyanya bisa dipertanggung jawabkan.he.he.. (Gak penting)

Teknik-teknik dasar pemotretan adalah suatu hal yang harus dikuasai agar dapat menghasilkan foto yang baik. Kriteria foto yang baik sebenarnya berbeda-beda bagi setiap orang, namun ada sebuah kesamaan pendapat yang dapat dijadikan acuan. Foto yang baik memiliki ketajaman gambar (fokus) dan pencahayaan (eksposure) yang tepat.


A. FOKUS
Focusing ialah kegiatan mengatur ketajaman objek foto, dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada jendela bidik objek yang semula kurang jelas menjadi jelas (fokus). Foto dikatakan fokus bila objek terlihat tajam/jelas dan memiliki garis-garis yang tegas (tidak kabur). Pada ring fokus, terdapat angka-angka yang menunjukkan jarak (dalam meter atau feet) objek dengan lensa.



B. EKSPOSURE
Hal paling penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pemotretan adalah unsur pencahayaan. Pencahayaan adalah proses dicahayainya film yang ada dikamera. Dalam hal ini, cahaya yang diterima objek harus cukup sehingga dapat terekam dalam film. Proses pencahayaan (exposure) menyangkut perpaduan beberapa hal, yaitu besarnya bukaan diafragma, kecepatan rana dan kepekaan film (ISO). Ketiga hal tersebut menentukan keberhasilan fotografer dalam mendapatkan film yang tercahayai normal, yaitu cahaya yang masuk ke film sesuai dengan yang dibutuhkan objek, tidak kelebihan cahaya (over exposed) atau kekurangan cahaya (under exposed).



 Bukaan Diafragma (apperture)
Diafragma berfungsi sebagai jendela pada lensa yang mengendalikan sedikit atau banyaknya cahaya melewati lensa. Ukuran besar bukaan diafragma dilambangkan dengan f/angka. Angka-angka ini tertera pada lensa : 1,4 ; 2 ; 2,8 ; 4 ; 5,6 ; 8 ; 11 ; 16 ; 22 ; dst. Penulisan diafragma ialah f/1,4 atau f/22. Angka-angka tersebut menunjukkan besar kecilnya bukaan diafragma pada lensa. Bukaan diafragma digunakan untuk menentukan intensitas cahaya yang masuk.



Hubungan antara angka dengan bukaan diafragma ialah berbanding terbalik.
"Semakin besar f/angka, semakin kecil bukaan diafragma, sehingga cahaya yang masuk semakin sedikit. Sebaliknya, semakin kecil f/angka semakin lebar bukaan diafragmanya sehingga cahaya yang masuk semakin banyak."



Kecepatan Rana (shutter speed)
Kecepatan rana ialah cepat atau lambatnya rana bekerja membuka lalu menutup kembali. Shutter speed mengendalikan lama cahaya mengenai film. Cara kerja rana seperti jendela. Rana berada di depan bidang film dan selalu tertutup jika shutter release tidak ditekan, untuk melindungi bidang film dari cahaya. Saat shutter release ditekan, maka rana aka membuka dan menutup kembali sehingga cahaya dapat masuk dan menyinari film.
Ukuran kecepatan rana dihitung dalam satuan per detik, yaitu: 1 ; 2 ; 4 ; 8 ; 15 ; 30 ; 60 ; 125 ; 250 ; 500 ; 1000 ; 2000 ; dan B. .Angka 1 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/1 detik. Angka 2000 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/2000 detik, dst. B (Bulb) berarti kecepatan tanpa batas waktu (rana membuka selama shutter release ditekan)



Hubungan antara angka dengan kecepatan rana membuka menutup ialah berbanding lurus. "Semakin besar angkanya berarti semakin cepat rana membuka dan menutup, maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin kecil angkanya, berarti semakin lambat rana membuka dan menutup, maka semakin banyak cahaya yang masuk"



Kepekaan Film (ISO)
Makin kecil satuan film (semakin rendah ISO), maka film kurang peka cahaya sehingga makin banyak cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut, sebaliknya semakin tinggi ISO maka film semakin peka cahaya sehingga makin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut. Misal, ASA 100 lebih banyak membutuhkan cahaya daripada ASA 400.

semoga bermanfaat ya,..keep your passion stay alive..bravo fotografi Indonesia..